Sabtu, 10 Oktober 2015

MIGRASI ELANG DI SULAWESI BAGIAN UTARA



Raptor adalah istilah lain atau terminoligi untuk sebuah komunitas burung pemangsa, bahasa Indonesia lebih menyebutnya dengan elang. Keberadaannya selalu menarik untuk diperhatikan baik mengenai kehidupannya maupun hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Sebagai Top Predator  dalam piramida makanan menjadikan keberadaan dan fungsi raptor sangat penting sebagai penyeimbang ekosistem sebuah kawasan, sehingga sebagian besar masyarakat di Indonesia telah mengenal jenis burung ini sejak lama dalam kehidupan sehari-hari dengan istilah Garuda, Rajawali, Jatayu dan sebagainya.
Daratan Sulawesi mendukung keberadaan avifauna penetap sekitar 224 jenis burung darat dan air tawar, yang 41 jenis di antaranya endemik (Coates and Bishop 2000). 70 jenis raptor diurnal yang ada di indonesia 32 jenis di antaranya dapat di temukan di Sulawesi. Beberapa jenis raptor diurnal sulawesi merupakan jenis endemik seperti Elang Sulawesi Nisaetus lanceolatus, Elang Ular Sulawesi Spilornis rufipectus, Elangalap Kepala-kelabu Accipiter griseiceps, Elangalap Kecil Accipiter nanus dan beberapa jenis dari genus Accipiter lainya.
Selain itu kawasan ini merupakan kawasan lintasan dan kawasan istirahat yang bermigrasi dari kawasan Asia Utara, bahkan ada kemungkinan kawasan ini juga merupakan kawasan tujuan untuk musim dingin (Wintering Area). Beberapa jenis raptor migran yang kemungkinan melintas kawasan ini diantaranya adalah Elangalap Cina Accipiter soloensis, Elangalap Jepang Accipiter gularis dan Elang Kelabu Butastur indicus dan Alap-alap Kawah Falco peregrinus dimana lebih dari 230,000 individu melintas di Kepulauan Sangihe masuk ke Sulawesi.
Dalam sebuah ekosistem, Raptor mempunyai peranan penting sebagai pemangsa puncak(top predator) untuk mengontrol populasi mangsanya. Selain itu, keberadaannya dapat juga sebagai indicator kondisi sebuah ekosistem karena jenis ini peka terhadap perubahan lingkungan. Oleh sebab itu pemerintah memasukanya ke dalam daftar satwa dilindungi dalam PP 7 dan 8 tahun 1999 serta UU No.5 Tahun 1990. Akan tetapi keberadaan jenis burung pemangsa di kawasan ini sangat sedikit sekali diketahui karena minimnya kegiatan penelitian dan pengamatan.
Daerah Sulawesi Bagian Utara merupakan kawasan yang menjadi daerah perlintasan raptor yang bermigrasi ke bagian selatan. Fenomena alam yang terjadi setiap tahun ini masih belum banyak diketahui kalangan umum dan hanya sebatas oleh kalangan peneliti saja. Migrasi raptor di Asia sudah menjadi komoditas pariwisata yang mampu menghadirkan ratusan pengunjung setiap harinya pada musim migrasi yang terjadi pada bulan Oktober-November (autumn) dan Maret-April (spring).

Daratan Sulawesi bagian utara merupakan salah satu kawasan yang menjadi daerah lintasan raptor migran yang masuk melalui kepulauan Sangihe. Namun demikian, event ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pihak – pihak terkait. Untuk itu, terkait dengan kegiatan Pelatihan dan Pemantauan migrasi raptor di Sulawesi Utara diharapkan dapat meningkatkan nilai penting kawasan tersebut dan dapat meningkatkan kegiatan pariwisata berbasis Migrasi Raptor. 






Jumat, 14 Februari 2014

Famili Accipitridae

Chinese Sparrowhawk (Accipiter soloensis)

Chinese Sparrowhawk (Accipiter soloensis)-juvenile female
Chinese Sparrowhawk (Accipiter soloensis)- Flock Migration
 Brahminy Kite (Haliastur indus)

Black Eagle (Ictinaetus malayensis)- juvenile
 
Black Kite (Milvus migrans)

Sulawesi-serpent Eagle (Spilornis rufipectus)

Famili Acanthizidae


Gerygone sulphurea

Selasa, 23 April 2013

Beberapa foto burung-burung endemik Sulawesi


1. Cekakak-hutan dada-sisik (Ind), Scaly-breasted Kingfisher (Eng), Actenoides princeps (Sci)

  

2. Serindit sulawesi (Ind), Sulawesi Hanging-parrot (Eng), Loriculus stigmatus (Sci)

3. Walik kuping-merah (Ind), Red-eared Fruit Dove (Eng), Ptilinopus fischeri (Sci)


4. Raja-udang pipi-ungu (Ind), Lilac-cheeked Kingfisher (Eng), Cittura cyanotis (Sci)


5. Kipasan Sulawesi (Ind), Rusty-bellied Fantail (Eng), Rhipidura teysmanni (Sci)


6. Bubut Sulawesi (Ind), Bay Coucal (Eng), Centropus celebensis (Sci)


7. Kadalan Sulawesi (Ind), Yellow-billed Malkoha (Eng), Phaenicophaeus calyorhyncus (Sci)


8. Jalak tunggir-merah (Ind), Finch-billed Myna (Eng), Scissirostrum dubium (Sci)


9. Caladi Sulawesi (Ind), Sulawesi Woodpecker (Eng), Dendrocopos temminckii (Sci)

 
10. Cabai Sulawesi (Ind), Crimson-crowned Flowerpecker (Eng), Dicaeum nehrkorni (Sci)


11. Cabai-panggul kuning (Ind), Yellow-sided Flowerpecker (Eng), Dicaeum aureolimbatum (Sci)


12. Cabai panggul-kelabu (Ind), Grey-sided Flowerpecker (Eng), Dicaeum celebicum (Sci)


13. Kancilan perut-kuning (Ind), Sulphur-bellied Whistler (Eng), Pachycephala sulfuriventer (Sci)



14. Kacamata Makassar (Ind), Lemon-throated White-eye (Eng), Zosterops anomalus (Sci)


15. Celepuk Sulawesi (Ind), Sulawesi Scops - owl (Eng), Otus manadensis (Sci)




Minggu, 07 April 2013

Hutan Lindung Gunung Mahawu adalah salah satu Important Bird Area


Indonesia merupakan salah satu merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati atau dikenal sebagai megabiodiversity country. Salah satu kekayaan keanekeragaman hayati tersebut adalah keanakegaragaman spesies burung di Indonesia. Indonesia memiliki 1598 spesies burung atau sekitar 17 persen dari total jenis burung didunia. Pulau – pulau di Indonesia juga merupakan rumah sepertiga lebih species burung langka Asia. Indonesia juga merupakan tempat singgah bagi beberapa species burung migran. Burung migran menggunakan ekosistem hutan yang ada di Indonesia sebagai tempat mencari makan dan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya dari bagian utara Asia dan Alaska menuju kawasan Australia dan pulau – pulau di Pasifik Barat. Salah satu pulau di Indonesia yang merupakan habitat beberapa species burung endemic dan langka adalah pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi terletak dalam wilayah bio-geografi Wallacea, suatu wilayah transisi antara flora dan fauna Indo-Malaysia dan Australasia. Keunikan flora dan fauna dalam wilayah transisi ini, ditambah fakta bahwa sejak awal terbentuknya, pulau ini terisolasi secara ekologis dari bagian-bagian Indonesia yang lain, menyebabkan evolusi dari banyak spesies yang unik

Hutan lindung Gunung Mahawu merupakan salah satu kawasan lindung  di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Tahun 2004 Birdlife International menetapkan Hutan Lindung Gunung Mahawu sebagai salah satu area/habitat penting bagi burung  (Important Birds Area). Namun sangat disayangkan kurangnya informasi serta penelitian burung  yang dilaksanakan di Hutan Lindung Gunung Mahawu. Selain itu tingginya ancaman baik itu terhadap beberapa species burung  seperti perburuan dan tekanan  terhadap habitat dalam hal ini Hutan Lindung Gunung Mahawu sendiri misalnya konversi hutan menjadi lahan pertanian dapat menurunkan jumlah populasi burung yang ada disana.